Pesawat AirAsia yang hilang kontak di perairan Belitung Timur (Beltim) pada Minggu pagi (28/12/2014) belum juga ditemukan. Telah dua hari setelah kejadian itu, kediaman Khairunisa Haidir Fauzie makin ramai didatangi keluarga dan kerabatnya.
Satu per satu, silih berganti, orang-orang memasuki rumah berdinding warna merah muda di Jalan Pipa nomor 967 RT 12 Kelurahan Pipa Reja Kecamatan Kemuning Palembang. Mereka menemui keluarga perempuan yang akrab disapa Nisa itu.
Nama dan foto Khairunisa Haidir Fauzie kini ada di mana-mana. Baik media cetak maupun elektronik, mulai dari yang lokal hingga nasional menyebut nama perempuan cantik yang disebut banyak orang mirip dengan artis Gisel.
Namun kontras dengan suasana di kediamannya yang tampak hening, sesekali orang-orang berbincang dengan suara kecil. Hanya air mata yang turun lamban di pipi Rohana, ibu Nisa pada Minggu siang (29/12/2012).
"Sudah dari siang orang-orang datang. Kami tahu setelah nonton tv," kata perempuan kurus yang duduk di kursi plastik dekat teras rumah. Perempuan itu diketahui bernama Widya. Bukan salah satu keluarga, tapi dirinya mengaku kenal dekat dengan pramugari Air Asia tersebut.
"Teman dari SMP. Pas masuk SMA pun sebangku di kelas 1 dan 3. Kalau keluarga memanggilnya Anis tapi kami Nisa," lanjutnya, Senin sore (29/12/2014). Menurut keluarga, Nisa merupakan alumni dari SMP Negeri 9 Palembang dan SMA Negeri 6 Palembang. Ia tercatat sebagai pramugari maskapai Air Asia hampir dua tahun lamanya. Bahkan hingga kini masih tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang tinggal menyusun skripsi.
Widya mengaku sempat berbincang dengan Nisa lewat BlackBerry Messenger (BBM) dua malam sebelumnya. Mereka merencanakan nongkrong ke beberapa tempat di Kota Palembang. Rindu keduanya menghasilkan janji untuk mencoba cafe baru di salah satu tempat seputaran Palembang, meski baru 1,5 bulan mereka terakhir bertemu.
"Dia sempat tanya lewat BBM, 'yuk kita kumpul. Di mana tempat asik nongkrong?" katanya. Ajakan Nisa itu pun disambut dengan keluhan Widya, karena sahabatnya itu harus mencari waktu yang tepat untuk realisalisasi rencana mereka. "Jadwal terbang Nisa bulan Desember cukup padat. Makanya dia belum bisa pulang kembali," terangnya.
Nisa pun sepakat untuk ke Palembang tanggal 6 Januari 2015. Karena pada hari itu Nisa akan libur beberapa hari. "Jadi kami agendakan meet up saat dia ke Palembang tanggal 6 Januari. Nisa sempat tanya, 'kalian rindu ya?'. Saya pun menjawab sekenanya, iya rindu dengan orang sibuk," sebut Widya.
Usai BBM-an dengan Widya, tak lama Nisa pun menelepon ibunya. Ia memang punya kebiasaan memberi kabar orang rumah sebelum terbang. Namun kali ini berbeda. Nisa menelepon lebih awal, sekitar pukul 22.00 WIB. Atau sekitar 6,5 jam sebelum lepas landas.
Ibunya heran dengan tingkah laku anaknya itu. Cuma Nisa meyakinkan sang ibu jika dirinya baik-baik saja, dan menjanjikan untuk kembali menghubungi 12 jam kemudian, atau setelah pesawat Air Asia mendarat di Singapura pada pukul 09.00 WIB. Tapi takdir berbicara lain karena Nisa belum juga memberi kabar terakhirnya, termasuk 155 orang penumpang dan enam orang awak pesawat lain.
Widya larut dalam kesedihan, mengetahui sahabat sekolahnya itu berada dalam pesawat yang belum pasti keberadaannya. "Dia masih punya hutang dengan kami, janji 'meet up' dan mencoba cafe baru," ucapnya bernada lirih.
Widya mendadak diam, matanya jauh memandang ke arah bawah mencoba mengenang sesuatu tentang temannya. "Pramugari memang cita-cita Nisa sejak SMA. Saya dan teman satu lagi bernama Eka pernah bertanya alasannya tapi ia bilang, biar bisa jalan-jalan dan terkenal. Kami menyahut, kalau mau terkenal jadi artis saja Nis lebih cocok kan wajahmu cantik. Tapi ia membantah. Katanya, jadi pramugari pun bisa terkenal loh," kata Widya menirukan Nisa.
0 komentar:
Posting Komentar